Kadang kita merasa dalam hidup ini kita sering kekurangan materi, kalian tentu pernah merasakan hal tersebut bukan ? Padahal materi yang kalian peroleh, mungkin sebenarnya sudah lebih dari cukup. Apakah ini pertanda kita telah diperbudak dengan apa yang disebut dengan uang ? Ketika kita bekerja keras dengan harapan ingin mendapat taraf hidup yang menurut kita mapan tetap saja kita masih merasa kekurangan dan pada akhirnya kita kembali bekerja keras tanpa pernah bisa menikmati dan mensyukuri atas apa yang telah kita dapatkan.
Aku, sama seperti kalian. Pria normal, memiliki keinginan untuk hidup mapan. Tepatnya pada tanggal 20 oktober 2004, aku jatuh cinta dengan seorang wanita yang menurut ku dia itu perfect. Kurang lebih 7 tahun aku “jalani hidup” bersamanya. aku merasa selama 7 tahun tersebut 2/3 dari hidup ku adalah miliknya. aku akui aku sayang sekali dengan dia. Mungkin karena saking sayangnya aku berjanji akan menikahinya dan membahagiakannya. Mungkin pikiran ku sangat kolot. Aku berpikir dia pasti akan bahagia jika aku mapan. Perlu teman-teman ketahui aku bekerja di sebuah bank swasta ternama di Indonesia dan dia juga bekerja di bank pemerintah.
Selama aku bekerja, aku bekerja keras siang dan malam. aku selalu datang paling pagi dan pulang paling malam. Memang posisi ku pada waktu itu hanyalah seorang Clerk. Namun, dari hasil kerja keras tersebut, aku berhasil naik pangkat 3x dalam 2 tahun dan memperoleh penghargaan karyawan terbaik, bonus yang cukup banyak dan sekarang aku sedang di promosikan untuk jabatan manager. Sebuah prestasi yang sangat luar biasa bukan ?
Sayangnya, hasil yang ku peroleh tidaklah sebanding dengan realita yang ada. Aku mulai merasa kehilangan orang yang paling aku sayang. Aku lupa, aku tidak pernah memperhatikannya lagi. Di dalam pikiranku, dia akan mengerti. Karena semua yang aku lakukan, hanya untuk kebahagiaan dia kelak. Jujur aku sangat kecewa, marah dan entah apalagi yang harus kukatakan dia meninggalkan ku tepat disaat hubungan ku dan dia berusia 7 tahun.
Aku masih ingat, malam itu dia menangis dan berkata “kamu telah berubah”. Kata-kata itu sempat membuatku bingung, apanya yang berubah ? bukankan ini semua untuk dia juga ? dia berkata, ” aku gak butuh semua itu, aku hanya butuh perhatian dan kasih sayang dari kamu” dan pada akhirnya dia berkata, aku sudah tidak ada dihatinya. Hancur rasanya hidupku saat itu, semua yang aku lakukan terasa hampa. Penghargaan, ketenaran, materi, jabatan semua rasanya sia-sia.
Hari ini aku sadar, aku gak pernah melakukan hal-hal kecil yang bisa membuat dia bahagia. Aku juga tersadar aku mungkin melakukan itu semua bukan untuk dia tetapi untuk memenuhi ego ku semata. Aku sadar, aku memang orang yang egois. Aku teringat betapa seringnya dia menelpon ku dan selalu mengkhawatirkan ku, sedangkan aku selalu sok sibuk dengan pekerjaan ku. Sering dia menelpon ku hanya sekedar ingin untuk berbagi cerita, tetapi kadang hanya aku diamkan saja karena sibuk dengan teman-teman sekantor. Mungkin lebih tepatnya sok sibuk, agar aku dianggap paling hebat.
Aku memang egois.. aku baru ingat, waktu dia bertemu dengan ku.. dia sedang sakit tetapi dia berkata “aku baik-baik aja kok sayang.. kalau kamu mau ada meeting, besok saja kita ke dokternya”. Aku masih ingat sekali waktu itu, dan betapa bodohnya aku yang gak pernah sadar betapa tulusnya dia menyayangi ku.
Tak terasa saat ini air mata ku telah jatuh, Selama ini telah aku ingkari rasa sayang ku ke dia hanya untuk menuruti semua ego ku..
Aku ingin kembali memperbaiki hubungan tersebut namun sayang waktu takkan pernah bisa kembali.. Saat ini dia tengah mempersiapkan pernikahan dengan seorang pria yang mencintainya dengan sepenuh hati. Aku ingin turut berbahagia dan tidak akan mengganggu kehidupannya..
Teman, aku ingin mengajak merenung sejenak.. Apakah sebenarnya tujuan kita hidup di dunia ini ? Apa memang uang sudah mengendalikan jiwa, raga dan pikiran kita ? apakah sukses memang segalanya ? Pernahkah kita melihat orang disebelah kita ? yang selalu mendampingi kita, tulus menyayangi kita. Entah itu kekasih, istri, suami, orang tau atau anak kita. Sebenarnya mereka selalu berdoa untuk kita karena merekalah yang telah ikut memberikan kita kekuatan.
Teman.. jangan sampai kita membiarkan mereka pergi dari kita, sayangilah orang yang sayang kepada kita. Mungkin kita sudah lupa, kapan terakhir kali kita mengatakan kepada mereka. “aku sayang kamu”. Inilah saatnya !! saatnya untuk mengatakan kepada mereka sekarang juga, jangan hanya sekedar mengatakan tetapi buatlah mereka merasakan arti dari kata-kata tersebut.
” Sayang.. aku selalu memanggil mu dengan sebutan itu selama 7 tahun ini, selamat berbahagia yah.. Maaf kalau aku gak pernah telpon kamu, aku gak ingin lagi mengganggu hidup mu. Seandainya suatu saat nanti kita bertemu lagi, aku pasti akan membuatmu bahagia.. Mungkin bukan di dunia ini atau mungkin tidak akan pernah selamanya.. Tentang mu akan selalu aku simpan di dalam hati menjadi sebuah kenangan terindah.. “There’s no free lunch. There’s price to be paid for what we’ve got. Never let her / him go away
http://guardianarmy-id.com/blog/sepenggal-kisah-dari-hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar