Selasa, 10 Januari 2012

Cara Cerdas Mengelola 3 Jenis Kekayaan



Hidup sejahtera lahir batin adalah sejenis angan yang mungkin ingin kita raih dengan sepenuh sukacita. Dalam konteks inilah kemudian kita dikenalkan dengan konsep klasik tentang tiga jenis kekayaan.
Saya ingin kembali meng-elaborasinya disini, sebab tiga jenis kekayaan ini merupakan sebuah tema yang mungkin kudu selalu kita kenang, kita rajut, dan kemudian kita bentangkan dalam lansekap sejarah kehidupan kita yang penuh dinamika ini.
Lalu apa saja tiga jenis kekayaan ini? Dan bagaimana cara kita untuk secara cerdas mengelolanya secara paripurna.
Tiga jenis kekakayaan ini pada dasarnya merupakan tiga kekayaan yang mestinya secara simultan kita implementasikan dalam setiap jejak langkah kita.

Kekayaan # 1 : 
Kekayaan Finansial. Benar, uang bukan segalanya dalam hidup ini (sebuah ungkapan yang terlalu klise, dan hanya akan punya makna kalau yang ngomong adalah orang dengan kekayaan satu milyar. Kalau yang bilang adalah orang dengan pendapatan pas-pasan, maka ada dua kemungkinan : a) orang itu sedang menghibur diri atau b) mengelak dari kenyataan bahwa dirinya pas-pasan).
Eniwei, acapkali biaya kebutuhan hidup yang terus menanjak memerlukan sokongan dana yang memadai. Biaya makan, biaya kontrak/kredit rumah, dan biaya pendidikan anak sering menyedot pendapatan kita hingga tuntas, tas, tas. Belum lagi, biaya sumbangan kerabat kanan kiri, depan belakang.
Itulah kenapa, kita selalu berikhtiar agar kita bisa memiliki kekayaan finansial yang relatif memadai. Sebab dengan bekal tabungan yang mak nyus, kita bukan saja bisa menghidupi kita dan keluarga dengan cukup oke (dengan itu pula kita mungkin bisa memberangkatkan kedua orang kita naik haji, atau membiayai pendidikan adik dan keponakan). Tanpa uang memadai, bagaimana bisa kita melakukan kemuliaan ini?
Kekayaan # 2 : 
Kekayaan Kontribusi dan Kebaikan. Dalam sejarah hidup Anda hingga hari ini, apa saja kebaikan dan kontribusi bermakna yang pernah Anda rajut untuk lingkungan atau komunitas Anda.
Sumbangan kebaikan tidaklah mesti bersifat heroik. Begitu banyak good small things yang mungkin bisa kita tebarkan : tersenyum manis dan tulus berterima kasih pada office boy yang telah tekun membersihkan toilet; selalu mengajak rekan kerja untuk berpikir positif; atau mungkin sekedar sekedar memberikan apresiasi tulus bagi teman yang juga berbuat kebaikan.
Tentu saja, elemen kontribusi ini akan menjadi lebih keren jika ditautkan pada pembentukan kehidupan sosial yang lebih bermartabat. Seperti misalnya : menjadi volunteer; memelopori gerakan untuk membangun spirit entrepreneurship; atau juga mungkin sekedar berbagi pengetahuan melalui blog; atau beragam good things lainnya.
Pendeknya, jenis kekayaan ini adalah sesuatu yang kelak bisa kita selalu ingat ketika kita beranjak tua. Sesuatu yang mungkin bisa kita kenang, dan simpan sebagai sebuah personal pride. Bahwa dalam suatu masa, kita pernah begitu gigih mendedikasikan energi dan pemikiran untuk kemajuan bersama.
Kekayaan # 3 : 
Kekayaan Spiritual. Pada akhirnya, kelak semua kita akan berbaring dalam ruang kesunyian berukuran 1 x 2 meter. Ketika wangi kemenyan dan kain kafan telah terbentang, kita selalu diingatkan dengan kalimat ini : adakah kita telah mencintaiNYA dengan sepenuh sukma?
Adakah kita dengan tekun selalu berikhtiar lima waktu datang ke mesjid (atau ke tempat ibadah lainnya) dengan penuh rasa syahdu dan sukacita? Adakah kita selalu menunggu datangnya dinihari dengan penuh rasa takjub, karena sebentar lagi akan bercakap intim denganNYA? Adakah dengan tekun kita selalu merapal doa dan dzikir dengan penuh rasa kerinduan dan rasa syukur padaNYA?
Demikianlah tiga jenis kekayaan yang mesti kita rajut dengan penuh kesungguhan.
Kekayaan finansial akan membuat kita hidup dengan layak. Kekayaan kontribusi akan membuat kita dapat dikenang sebagai insan yang berharga. Dan kekayaan spiritual yang akan membuat kita tidur selamanya dalam kedamaian.
·      Written by Yodhia Antariksa
·      Posted January 9, 2012 at 12:00 am