Bagi sobat Mozaik di Malang dan
Surabaya tentu tidak asing lagi menemui anggota koperasi yang berasal
dari madura. Aksen medok dan penuh dengan ``syiddah`` dalam setiap
tekanan katanya bisa merupakan sedikit gambaran umum dari komunitas
masyarakat pulau garam tersebut.
Pun demikian dengan karakternya. Orang madura itu sangat sulit dibedakan antara cerdas dan lugu.Ketika di wawancarai oleh AO mengenai usahanya, kebanyakan anggota koperasi kita ini tampak sangat profesional dan cerdas.Tapi ketika diadakan collecting, bisa jadi mereka akan berubah menjadi sangat ``lugu`` dan ``menggemaskan``. Karena memang sepertinya demikianlah karakter bawaan mereka.Maka perlu kecerdasan extra juga untuk memahami dan berkomunikasi dengan mereka.Karena jangankan kita yang awam dengan mereka, bahakan kyai Saya dulu pernah ``terkecoh`` oelh keluguan mereka.
Ceritanya bermula dari undangan acara peringatan Milad salah satu pesantren di madura yang mengundang segenap pemimpin pesantren di Jawa Timur, termasuk Gontor. Saat acara ramah tamah dimulai. Maka para tamu undangan pun dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang sduah dipersiapkan oleh pihak tuan rumah.
Tampak terhidang banyak masakan yang lezat-lezat dimeja makan. Dari mulai Sup kaki sapi yang dicampur kacang hijau khas madura, sampai hidangan laut. Dan...nah ini dia Hidangan utama acara itu...``Udang bakar madu`` yang di bumbui khas madura. Tampak semua tamu undangan tidak melewatkan hidangan tersebut. Kecuali kyai saya yang memang membatasi konsumsi makanan berlemak.
Tapi tak urung, ``keanehan`` kyai saya tersebut mengdundang tanya seorang kyai madura lain yang juga diundang disitu
``Maaf kyai, kok sampeyan ndak ngambil udang bumbu madura ini?? Ini enak lho kyai...Ndak bakal ada di daedrah sampiyan....`` tanya kyai madura itu
``Iya, sbenarnya sih pengen...tapi saya sama dokter dilarang banyak-banyak makan makanan yang mengandung kolesterol`` Jawab kyai saya
``Oooh, saya ngerti kalo gitu. Ya sudah, sampiyan makan udangnya saja, kolesterolnya ndak usah dimakan...``jawab kyai madura itu kalem
Nah, menurut antum, jawban itu tadi cerdas atau ``lugu``??
Tapi sebenarnya, ada sisi positif dari karakteristik orang madura. Yaitu Istiqomah dan toleran. Komitmen terhadap Islam sangat tinggi. Meskipun Islamnya tradisonalis. Bahkan ketika partai penguasa orde baru tengah berkuasa secara absolut di seluruh penjuru Indonesia, madura nyaris tak tersentuh dan tetap mempertahankan warna ``hijau`` secara mayoritas. Tekanan militer, maupun ideologi di sekolah-sekolah negeri waktu itu, belum sanggup menggeser Istiqomahnya orang Madura.
Kisah ringan ini mungkin bisa menjadi contoh.
Dahulu, diceritakan bahwa penguasa orde baru akan mengadakan kunjungan ke salah satu kabupaten di Madura. Sebagaimana biasa, agar terlihat dekat dengan rakyat, maka akan diadakan temu wicara dengan masyarakat setempat. Dan karena acar ini disiarkan langsung oelh TVRI dengan relay seluruh TV Swasta, maka semuanya perlu disiapkan dengan matang, termasuk siapa yang akan bertanya, adan apa pertanyaannya harus diarahakan supaya memudahkan sang penguasa orde baru untuk menjawab.
Dan seperti biasa, beberapa hari menjelang hari H, intel dari tentara serius mengadakan investigasi akan berbagai kemungkianan yang akan terjadi, termasuk melihat langsung seberapa antusiasnya warga madura menyambut kehadiran presidennya. Sampai dia menemui seorang petani yang langsung ditanya...
``Cak...Sampeyan tahu ga siapa presiden kita sekarang??``Tanya Sang Intel
``Ya ngerti mas....Presiden kita itu ...Bung karno...`` Jawab petani madura itu
Agak terkejut Intel itu mendengar jawaban orang tadi.
``Lha kalao Pak Suharto itu siapa pak??`` Tanya intel itu memancing
``Ooohh...kalao Suharto itu kan penggantinya...Kalao presidennya kan Bung Karno`` Jawab petani itu enteng.
Jawaban petani tadi langsung dilaporkan sang Intel kepada atasannya. Yang tentu saja membuat jajaran Bupati, Dandim, Muspika, Sekda, dan segenap aparat pemerintahan kelabakan. Bagaimana mungkin presiden Indonesia saja orang Madura itu tidak tahu?? Wah, bisa-bisa dipertanyakan nasionalisme orang madura ini.
Ahkirnya diadakanlah program nasioanlisme bela negara diseluruh penjuru kabupaten itu. Anak sekolah di suruh hafalkan Pancasila, pegawai negeri kursus P-4 lagi, para petani, nelayan, dan anggota masyarakat beramai-ramai disuruh menghafal lagu-lagu wajib yang membakar jiwa nasioanlisme mereka. Harapan pak Bupati satu : Agar dirinya tidak dinilai gagal menanamkan jiwa patriotisme dan nasioanlis kepada masyarakatnya.
Dan saat itupun tiba. Sang penguasa orde baru mengadakan acara temu wicara dengan sukses, disiarkan diseluruh Indonesia. Lalu tibalah saatnya, presiden dihibur dengan pertunjukan lagu wajib dari segenap petani dan nelayan madura....
Penata irama sudah mengambil hormat dan tempat didepan presiden, lalu meminta para petani dan nelayan itu ambil suara...
``Saaaaaaaaaa..........`` Terdengar suara anggota paduan suara rakyat itu menggema Syahdu.
Bapak presiden tampak mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum. Di belakangnya, Jajaran bupati dan pemerintah daerah madura tampak tersenyum Bangga melihat hasil kerja keras mereka. Terbayang bahwa sebentar lagi akan berkumandang lagu ``Satu Nusa Satu Bangsa`` yangdinyanyikan oleh masyarakat petani dan nelayan, yang berarti juga mengindikasikan bahwa mereka sukses dengan doktrin nasionalisme mereka.
Sang dirigen-pun mulai menghitung birama...``Satu...dua...tiga...empat...`` Lalu paduan suara-pun mengalun....
``SAAAAAAAAA....SALATULLAH SALAMULLAH `ALA TOHA RASULILLAH...SALATULLAH SALAMULLAH `ALA YASIN HABIBILLAH.....``
Dan pak Bupati-pun pingsan...........
Pun demikian dengan karakternya. Orang madura itu sangat sulit dibedakan antara cerdas dan lugu.Ketika di wawancarai oleh AO mengenai usahanya, kebanyakan anggota koperasi kita ini tampak sangat profesional dan cerdas.Tapi ketika diadakan collecting, bisa jadi mereka akan berubah menjadi sangat ``lugu`` dan ``menggemaskan``. Karena memang sepertinya demikianlah karakter bawaan mereka.Maka perlu kecerdasan extra juga untuk memahami dan berkomunikasi dengan mereka.Karena jangankan kita yang awam dengan mereka, bahakan kyai Saya dulu pernah ``terkecoh`` oelh keluguan mereka.
Ceritanya bermula dari undangan acara peringatan Milad salah satu pesantren di madura yang mengundang segenap pemimpin pesantren di Jawa Timur, termasuk Gontor. Saat acara ramah tamah dimulai. Maka para tamu undangan pun dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang sduah dipersiapkan oleh pihak tuan rumah.
Tampak terhidang banyak masakan yang lezat-lezat dimeja makan. Dari mulai Sup kaki sapi yang dicampur kacang hijau khas madura, sampai hidangan laut. Dan...nah ini dia Hidangan utama acara itu...``Udang bakar madu`` yang di bumbui khas madura. Tampak semua tamu undangan tidak melewatkan hidangan tersebut. Kecuali kyai saya yang memang membatasi konsumsi makanan berlemak.
Tapi tak urung, ``keanehan`` kyai saya tersebut mengdundang tanya seorang kyai madura lain yang juga diundang disitu
``Maaf kyai, kok sampeyan ndak ngambil udang bumbu madura ini?? Ini enak lho kyai...Ndak bakal ada di daedrah sampiyan....`` tanya kyai madura itu
``Iya, sbenarnya sih pengen...tapi saya sama dokter dilarang banyak-banyak makan makanan yang mengandung kolesterol`` Jawab kyai saya
``Oooh, saya ngerti kalo gitu. Ya sudah, sampiyan makan udangnya saja, kolesterolnya ndak usah dimakan...``jawab kyai madura itu kalem
Nah, menurut antum, jawban itu tadi cerdas atau ``lugu``??
Tapi sebenarnya, ada sisi positif dari karakteristik orang madura. Yaitu Istiqomah dan toleran. Komitmen terhadap Islam sangat tinggi. Meskipun Islamnya tradisonalis. Bahkan ketika partai penguasa orde baru tengah berkuasa secara absolut di seluruh penjuru Indonesia, madura nyaris tak tersentuh dan tetap mempertahankan warna ``hijau`` secara mayoritas. Tekanan militer, maupun ideologi di sekolah-sekolah negeri waktu itu, belum sanggup menggeser Istiqomahnya orang Madura.
Kisah ringan ini mungkin bisa menjadi contoh.
Dahulu, diceritakan bahwa penguasa orde baru akan mengadakan kunjungan ke salah satu kabupaten di Madura. Sebagaimana biasa, agar terlihat dekat dengan rakyat, maka akan diadakan temu wicara dengan masyarakat setempat. Dan karena acar ini disiarkan langsung oelh TVRI dengan relay seluruh TV Swasta, maka semuanya perlu disiapkan dengan matang, termasuk siapa yang akan bertanya, adan apa pertanyaannya harus diarahakan supaya memudahkan sang penguasa orde baru untuk menjawab.
Dan seperti biasa, beberapa hari menjelang hari H, intel dari tentara serius mengadakan investigasi akan berbagai kemungkianan yang akan terjadi, termasuk melihat langsung seberapa antusiasnya warga madura menyambut kehadiran presidennya. Sampai dia menemui seorang petani yang langsung ditanya...
``Cak...Sampeyan tahu ga siapa presiden kita sekarang??``Tanya Sang Intel
``Ya ngerti mas....Presiden kita itu ...Bung karno...`` Jawab petani madura itu
Agak terkejut Intel itu mendengar jawaban orang tadi.
``Lha kalao Pak Suharto itu siapa pak??`` Tanya intel itu memancing
``Ooohh...kalao Suharto itu kan penggantinya...Kalao presidennya kan Bung Karno`` Jawab petani itu enteng.
Jawaban petani tadi langsung dilaporkan sang Intel kepada atasannya. Yang tentu saja membuat jajaran Bupati, Dandim, Muspika, Sekda, dan segenap aparat pemerintahan kelabakan. Bagaimana mungkin presiden Indonesia saja orang Madura itu tidak tahu?? Wah, bisa-bisa dipertanyakan nasionalisme orang madura ini.
Ahkirnya diadakanlah program nasioanlisme bela negara diseluruh penjuru kabupaten itu. Anak sekolah di suruh hafalkan Pancasila, pegawai negeri kursus P-4 lagi, para petani, nelayan, dan anggota masyarakat beramai-ramai disuruh menghafal lagu-lagu wajib yang membakar jiwa nasioanlisme mereka. Harapan pak Bupati satu : Agar dirinya tidak dinilai gagal menanamkan jiwa patriotisme dan nasioanlis kepada masyarakatnya.
Dan saat itupun tiba. Sang penguasa orde baru mengadakan acara temu wicara dengan sukses, disiarkan diseluruh Indonesia. Lalu tibalah saatnya, presiden dihibur dengan pertunjukan lagu wajib dari segenap petani dan nelayan madura....
Penata irama sudah mengambil hormat dan tempat didepan presiden, lalu meminta para petani dan nelayan itu ambil suara...
``Saaaaaaaaaa..........`` Terdengar suara anggota paduan suara rakyat itu menggema Syahdu.
Bapak presiden tampak mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum. Di belakangnya, Jajaran bupati dan pemerintah daerah madura tampak tersenyum Bangga melihat hasil kerja keras mereka. Terbayang bahwa sebentar lagi akan berkumandang lagu ``Satu Nusa Satu Bangsa`` yangdinyanyikan oleh masyarakat petani dan nelayan, yang berarti juga mengindikasikan bahwa mereka sukses dengan doktrin nasionalisme mereka.
Sang dirigen-pun mulai menghitung birama...``Satu...dua...tiga...empat...`` Lalu paduan suara-pun mengalun....
``SAAAAAAAAA....SALATULLAH SALAMULLAH `ALA TOHA RASULILLAH...SALATULLAH SALAMULLAH `ALA YASIN HABIBILLAH.....``
Dan pak Bupati-pun pingsan...........